Namaku Endun Hanhan sudah berkeluarga dan memiliki 4 Anak 3 Perempuan 1 Laki-laki, pekerjaan ku adalah sebagai Perangkat Desa Cigentur Aku anak ke enam dari yujuh bersaudara, ayahku seorang Petani, sedangkan Ibuku hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga. Aku tinggal di jalan cinta no 03 Rt.02 Rw,04 Desa Cigentur.
Di pagi hari yang cerah, waktu telah menunjukkan pukul 07:30 WIB, aku hendak pergi kekantor Desa bersama teman-temanku, diperjalanan aku berangan-angan “kalau aku nemu masyarakat yang membutuhkan pertonganku insaallah akan aku tolong” gumamku.
Sampainya aku dikantor Desa, ketika aku memijakkan kakiku dikantor, bersamaan pula dengan bunyi jam menunjukan sudah jam 08.05 menit kemudian, Pak lurah masuk keruang kantorku untuk memberitahukan permasalahan kepadaku, Pa Kades akan membahas tentang jenis jenis permasalahan sesuai dengan tugasku yaitu masalah anak disabilitas yang bernama risti salah satu anak yang berkebutuhan Khusus. Pa Ato merupakan kepala desa yang sudah 2 Periode menjabat sebagai kepala Desa beliau sangat unggul di bidang sosialnya maklum menjadi kades semata-mata niat ibadah, ia memberikan nasihat kepadaku agar lebih peduli terhadapa orang-orang yang lebih membutuhkan. Disela-sela Nasehatnya, keinginanku untuk menjadi relawan sosial semakin memberontak.
Jam pulang kantor berbunyi, akupun bergegas membereskan semua barang-barangku untuk segera pulang kerumah. Belum sampainya aku dirumah aku melihat seorang anak kecil yang berkebutuhan khusus seperti kebingungan, di bajunya ada sedikit darah mungkin anak itu habis jatoh atau kena luka , matanya bening, ia berjalan sendirian tampaknya ia sedang mencari ibunya. Aku tidak melihat ibu anak itu, akhirnya akupun membawa anak itu ke rumahku.
Sampainya aku dirumah, aku melihat istriku sedang menyapu halaman rumahku.
Aku : “Selamat sore bu”
Ibu : “Selamat sore,anak siapa itu pa?”
Aku : “Anak jalanan yang berkebutuhan khusus bu, aku mau melihara Anak ini boleh kan bu?”
Ibu : “Boleh dong, tapi bapa tetap saying sama anak kita pa!”
Aku : “Siap bu, terima kasih banyak bu”
Akupun membawa anak baruku masuk kedalam rumah.
Dulu aku mempunyai seorang anak asuh perempuan yang kuberi nama Chaca, ia hilang entah kemana. Mungkin saja sekarang ia sudah besar atau sudah kembali kepelukan keluarganya. Aku telah mengikhlaskan Chaca, walau sebenarnya aku belum sanggup kehilangan Chaca yang sudah kurawat dari kecil. Kamarnya masih utuh dan akan ku wariskan kepada anak baruku. Anak baruku ini kuberi nama Kiky karena ia berjenis kelami Laki-laki . Ia sangat pintar beradaptasi dengan lingkungan barunya, ia sudah terbiasa puff didalam kamar walaupun berkebutuhan khusus anak ini sangat pintar dan baik tidak nakal kamarnya segaja dipisah dengan anak anak ku yang lain supaya belajar mandiri. Ia suka bermain bersama anak anak ku, berlarian kesana kemari, terkadang ia juga keluar rumah hanya untuk mengenal linkungan.
Makanan favoritnya adalah Ikan dan Daging, aku tidak memberinya makanan khusus untuk anak ini, karena harganya yang begitu mahal. Sebelum aku pergi ke kantor, aku selalu menitipkan kepada istriku agar rutin di jenguk dan dikasih makan sesuai dengan kesukaanya, dan disampingnya aku siapkan pula permainan kesukaanya dan harus disediakan air hangat untuk Kiky minum. Ia tidak pernah nakal atau kabur dari rumahku walau pintu rumah terbuka lebar, tetapi terkadang ia suka membawa makanan dari luar, entah pemberian tetangga atau mungkin belanja ke warung karena setiap aku berangkat ke kantor aku kasih uang untuk jajan.
Di satu hari minggu, aku sedang asyik menonton acara tv kesayanganku, aku melihat Kiky sedang murung, mungkin Kiky sedang kesepian karena anak-anak ku sedang tidur waktu itu. Akhirnya aku mengajak Kiky bermain ketaman, disana juga banyak teman-temanku yang membawa anak kecilnya, disana Kiky dapat bermain dengan teman sebayanya.
Hari demi hari berlalu dengan cepat, Kiky anak asuhku menjalani hari-harinya dengan kebahagiaan, makan minum main, itu yang dia tahu. Tetapi pada suatu hari, diperjalanan pulang kerja menuju rumah, entah kenapa perasaanku sangat kacau kala itu, aku sangat merindukan Kiky, aku berlari secepat kilat, bahkan hampir saja aku terserempet motor. Sampainya dirumah aku melihat istriku seperti kebingungan, sedangkan anakku sedang merengek hendak menangis, aku merasa heran, “Apa yang terjadi bu?” tanyaku, kemudian istriku langsung memelukku, sambil berbisik “Kiky pak, Kiky”, “Kiky?, apa yang terjadi pada Kiky bu?” aku memberontak, kemudian aku lari masuk kedalam rumah. kamar Kiky aku melihat Kiky terkapar lemah, ditubuhnya nampak basah yang mengotori bajuya, kepalanya setengah basah kuyup, dilehernya kulihat mereh bekas lilitan, aku tak lagi mendengar detak jantungnya, kata Istriku “Kiky sudah meninggal pak” ucap Istrikuku lemas, akupun menangis meratapi keadaan. Aku tidak rela kehilangan anak angkatku untuk yang kedua kalinya, tapi ini mungkin sudah takdir yang maha kuasa. Aku harus belajar ikhlas, dan akupun mengubur jasad kiky tempat pemakaman umum belakang rumahku. Oh ternyata anak ini jatuh ke parit ketika pulang bermain.
Selamat tinggal kiky
Kini kau telah pergi
Tak ada lagi dibumi
Meninggalkan sebuah kisah kasih
Kini kau bebas disana
Hidup bahagia tanpa luka
Atau sakit yang diderita
Jika kau bosan berlarilah
Jika kau lapar makanlah
Tugasmu dibumi telah selesai
Kau tinggal menunggu
Menunggu aku
Tunggu aku di Surga
Bandung, 4 Agustus 2019 [20:08]
Instagram; Whatsapp; +62 1221451169
Penulis merupakan seorang ayah yang kerap dipanggil mang, setelah 90 hari cerpen ini ditulis, penulis akan genap berumur 50 tahun. Ia tidak suka menulis apalagi membaca, tapi ia ingin menaklukan tantangan ini. Saat ini penulis sedang bekerja di Kantor Desa Cigentur Kecamatan Paseh Kab.Bandung untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang Jurnalis.